Hidroponik bukanlah
hal baru dalam pertanian. Teknik ini dilirik oleh BPTP Jatim menjadi pilihan
mengatasi keterbatasan air dan tenaga dalam pengembangan Model Kawasan Rumah
Pangan Lestari (M-KRPL).
Betapa tidak, program yang
diawali pada musim hujan tahun lalu itu, direspons sangat baik oleh rumah
tangga kawasan. Tetapi di banyak lokasi, dihadang oleh sulitnya memperoleh air
di musim kemarau.
Secara kasat mata, khususnya
untuk usaha tanaman dalam pot, memang boros air dan perlu tenaga/waktu, apalagi
jika tanamannya cukup banyak. Itulah sebabnya, hidroponik menjadi pilihan.
Dengan hidroponik, air yang dibutuhkan lebih sedikit karena efisien dan
pengairannya cukup dengan mengisi satu bak penampung. Untuk tanaman sayur
sebanyak 156 pohon hanya memerlukan air sekitar 15 liter.
“Saat ini BPTP Jatim sedang
menguji efektivitas beberapa alat dan bahan yang diperlukan hidroponik”, ujar
Saiful Hosni, SP., Kasi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian BPTP Jatim. “Boleh
jadi”, lanjutnya, “Ketika akan dikenalkan ke kawasan yang notabene di
perdesaan, teman-teman kordinator wilayah harus melakukan modifikasi untuk
menyesuaikan dengan kondisi wilayah. Hal itu terutama terkait dengan
ketersediaan bahannya. Sejauh ini, sistem yang paling baik adalah .Teknik ini sangat cocok untuk M-KRPL di perkotaan”, imbuhnya.
M-KRPL adalah model intensifikasi
pekarangan dengan berbagai usaha produktif di bidang pertanian untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari keluarga. Sejak dikembangkan tahun lalu, beberapa lokasi
menunjukkan hasil yang baik, bahkan produk
mampu menembus pasar swalayan. (SH).
0 komentar:
Posting Komentar